Tak banyak yang diketahui orang pada umumnya tentang definisi berita itu apa, sederhananya mereka mengartikan berita itu sebagai sebuah informasi, terlepas apakah informasi itu penting atau tidak bagi asupan pikir mereka. Namun bagi para pegiat akademik tentu definisi dari sebuah kata perlu ditelusuri sebagai bahan pertimbangan dalam menyelasaikan masalah agar terdapat pembatas dari akar kata dan masalah tersebut. Secara singkatnya berita itu merupakan cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.
Berangkat dari kesadaran sebagai akademik, meskipun masih amatiran! saya coba menguraikan indah dan nikmatnya berita dari pada perintah langsung dalam berita itu sendiri.
Sebagai seorang muslim yang tumbuh dan besar dilingkungan yang syarat akan keagamaan, secara tidak langsung pemikiran ini didasari oleh doktrin wahyu yang saya pahami secara sepintas maupun mendetail, bahwasanya berita itu indah dan nikmat untuk dibaca, dipahami dan dicerna daripada sebuah perintah langsung untuk berbuat sesuatu, hal itu terbukti dengan adanya sebuah firman Allah Swt dalam Al-Quran surah Ali 'Imran ayat 97 ; "Waman dakhalahu kaana aaminan" artinya "barang siapa yang masuk ke dalam masjidil haram, maka ia akan aman". Dari sini terlihat jelas bahwasanya yang disebutkan adalah berita (orang yang masuk masjidil haram maka ia akan berada dalam keamanan), namun yang dimaksud disana tak lain adalah sebuah perintah bagi seluruh manusia ketika kita berada di masjidil haram hendaklah kita membuat kedaan disekitar aman dan tentram.
Dalam penyampaian sebuah redaksi Allah Swt seringkali menggunakan bahasa majaz (kiasan) kepada makhluknya untuk senantiasa mengkuti segala perintah dan aturan yang telah ditetapkan-Nya. Karena sifat berita itu sendiri yang cenderung mengajak dan tidak mendikte. Bila kita perhatikan lagi pelaku perintah ini lebih diidentikan sebagai diktator, si egois dsb, berbeda tingkatannya dengan si penyampai berita yang seringkali dianggap sebagai si penutur yang lembut dan bersahaja dan tentunya dengan kalimat kiasan itu lebih indah serta menunjukan ketinggian kapasitas si penyampai berita.
Untuk memahami keindahan berita dari pada perintah dapat kita ambil contoh kalimat yang sudah familiar kita pendengarkan dan baca. Kalimat pertama "Buanglah sampah pada tempatnya!" kemudian kalimat kedua "Membuang sampah pada tempatnya merupakan tanda ciri peradaban yang tinggi sebuah bangsa".
Dari dua kalimat di atas kita sedikit dapat kesimpulan bahwa, kalimat pertama mengandung unsur yang seakan telah men-justifikasi kita sebagai orang yang tidak berperilaku sesuai dengan aturan juga tak bermoral, baik di daerah atau bahkan negara. Sedangkan kalimat kedua mengandung unsur ajakan yang tidak klaim sepihak (kita tidak beradab, beraturan dan semraut). Berita memposisikan seolah kalimat itu menjadi bumbu pada tiap masakan yang rasanya begitu enak di lidah namun bumbu itu tidak nampak. Berbeda dengan perintah dalam masakan umpamanya ia tampil sebagai cabai yang rasa dan wujudnya terlihat dimasakan, tentunya disatu sisi ia dapat diterima oleh lidah disisi lain ia justru menimbulkan mules.
Kesimpulan sementara penulis adalah, dalam bertutur kata menghadapi segala problematika yang begitu rumit akhir-akhir ini, hendaklah sampaikan dengan kalimat ajakan yang bernuansa kesejukan dan kedamaian tanpa harus melontarkan perintah secara langsung, karena hal itu dapat membuat orang itu tersingung serta dapat men-downkan psikis orang tersebut.
No comments:
Post a Comment