Monday, January 22, 2018

Urgensi memahami Toleransi Oleh Parid Maulana



 Apa yang terlintas dalam benak kita ketika mendengar kata Idonesia? Mungkin dari sebagian orang akan menjawab, Indonesia merupakan sebuah negara kepulaan/maritim, atau mungkin juga ada yang menjawab Indonesia adalah bangsa/negara yang majemuk, atau ada mungkin yang menjawab Indonesia itu merupakan sebuah negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia. Apapun itu persepsi orang akan Indonesia yang pasti dan negara lain tidak memiliki halnya negara Indonesia adalah kemajemukannya, terlepas apakah itu dalam agama, suku budaya, politik, sosial dan lainnya.  Dalam menjalani kehidupan di negara yang majemuk tentunya kita akan banyak menemukan kelompok maupun komunitas soial yang secara tidak langsung mereka saling berhadap-hadapan baik secara lisan maupun fisik.
Dalam kemajemukan tersebut, Agama merupakan salah satu identitas yang paling menonjol dalam sosial kultur yang berujung pada terjadinya konflik secara horizontal. Khususnya negara Indonesia, kita ketahui bersama pada beberapa tahun kebelakang tentu kita sangat terpukul atas banyaknya kematian saudara kita di Bali yang dilakukan oleh oknum yang mengatasnamkan Islam, kemudian disusul dengan maraknya terorisme yang juga sama mengatasnamakan ajaran Islam, sehingga pada dewasa ini agama Islam di identikan dengan agama yang rasis, radikal, anarkis dan lain sebagainya. Kemudian dengan rentetan kasus tadi apakah Islam itu adalah sebuah agama yang memang benar anarkis dan radikal?
 Ditengah manipulasi dan bertebarannya opini yang sembrono, berteriak keselamatan dengan bahan bakar kemarahan baik di lembaga pendidikan, birokrasi dan yang lebih parahnya dilembaga keagamaan. Mereka sangat berambisi menyebarkan wacana tentang kehidupan indah nan sejuk melalui orator serta ceramahnya yang provokatif, mengajarkan untuk saling membenarkan kelompoknya sendiri yang berakibat memunculkan konflik khusunya dalam keberagamaan juga ras. Sungguhpun demikian para cendikiawan dan para Ulama yang sejati selalu ada di tengah-tengah huru hara dan hiruk pikuknya kondisi bangsa ini.
Cepatnya akses media informasi  baik itu berupa media cetak maupun media elektronik memungkinkan para oknum tertentu memanfaatkan celah ini untuk menguasai ruang publik demi kepentingan politiknya mereka tidak malu untuk mengenakann kedok keagamaan.
Kata Islam sendiri diambil dari bahasa Arab  salama yang artinya “selamat”, dengan kata lain Islam mengajarkan dan mengajak seluruh umat manusia menuju keselamatan baik secara lahiriyah maupun secara batiniyahnya.  Keselamtan dan juga keamanan yang diberikan Islam tidak hanya diperuntukan bagi pemeluknya saja melainkan bagi semua umat manusia terlepas apakah ia beragam Yahudi, Nasrani, Budha maupun Hindu, simpelnya Islam memberikan keselamatn bagi seluruh manusia termasuk Atheis, hal tersebut  termaktub didalam kiatb suci Al-Quran surat Al-Anbiya ayat 170 yang artinya “Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia”. Berbuat baik (meberi kasih sayang) dan berlaku adil merupakan dua hal yang harus dilaksanakan sebagai kaum muslim kepada saudara seiman maupun kepada saudara setanah air terlebih kepada mereka yang berbeda agama. Karena orang-orang non muslim mempunyai kedudukan yang khusus dalam muamalah dan juga undang-undang Islam.
Toleransi dan kesejukan lagi-lagi menjadi obat utama ditengah maraknya pergolakan politik dan sosio kultur negara Indonesia tercinta, dalam hal ini Islam menaruh porsi khusus bagi segenap manusia untuk mempunyai rasa toleransi yang tinggi dan memang toleransi Islam dalam interaksinya yang baik, muamalahnya yang lembut, perhatiannya mengenai hubungan dengan tetangga, dan juga toleransi dalam masalah perasan kemanusiaan yang besar, yakni dengan keadilan , kebaikan, rahmat, dan kemurahan hati. Toleransi merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Pada puncak perhatiannya Islam melindungi segenap nayawa, harta juga keturunan yang kesemuanya itu tidak dapat dicapai oleh syariat apapun di dunia ini. Tindakan  penganiayaan terhadap jiwa dalam Islam sangat dilarang dan itu merupakan perbuatan keji karena telah melanggar undang-undang agama Islam, menodai sesuatu yang dimuliakan dan dilindungi Allah, memerangi fitrah manusia merupakan tindakan kriminal terhadap seluruh hak-hak manusia. 
Pelaksanaan sikap toleransi sangat dianjurkan dalam Islam ia jugs termasuk inti ajaran Islam, kerangka toleransi ini mengahruskan adanya lapang dada dengan cara memegang prinsip-prinsip pribadi dan menghargai prinsip kelompok tanpa mengorbankan prinsip prinsip sendiri. Pada dasarnya konflik dalam kemajemukan memang selamanya tidak akan bisa dihindari, tapi setidaknya dengan adanya sikap toleransi antar umat beragama, atar suku dan lebih jauhnya antar daerah bisa terminimalisir dengan toleransi tersebut.
Agama Islam khususnya dan juga agama lain pada initnya bekerja unutk menjaga kehidupan dengan segala unsur yang ada (harta – akal – kehormatan – jiwa). Agama Islam merupakan faktor yang sangat urgen dalam merealisasikan keutuhan  hubungan antara kelompok dan pemersatu  bangsa. Prinsip ini menguatkan penjagaan untuk akal. Akal harus menyatukan kecendrungan perasaan individu dan mengarahkannya, agar ruhnya dapat selaras dengan dirinya dan orang lain, sehingga terealisasilah kedamaian sosial. Akal memberikan target kehidupan emosioanl, dan perasaan akan memberikan kecakapan untuk akal. Yang pada akhirnya baik wahyu, akal dan hati akan berkesinambungan memahami pelbagai fenomena yang terjadi dewasa ini.





 

No comments:

Post a Comment

Mahasiwa Zaman Now

  lucuketawangakak.blogspot.com Mahasiswa Zaman Now S elama manusia masih menempati bumi ini, maka selama itu pula man...