Sunday, August 27, 2017

Seorang profesor yang bingung oleh parid maulana

Seorang profesor yang Atheis berbicara dalam sebuah kelas fisika.

Profesor: "Apakah Allah menciptakan segala yang ada?"

Para mahasiswa: "Betul! Dia pencipta segalanya."

Profesor: "Jika Allah menciptakan segalanya, berarti Allah juga menciptakan kejahatan."

(Semua terdiam dan agak kesulitan menjawab hipotesis profesor itu).

Tiba-tiba suara seorang mahasiswa memecah kesunyian.

Mahasiswa: "Prof! Saya ingin bertanya. Apakah dingin itu ada?"

Profesor: "Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada."

Mahasiswa: "Prof! Dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin sebenarnya adalah ketiadaan panas.

Suhu -460 derajat Fahrenheit adalah ketiadaan panas sama sekali. Semua partikel menjadi diam. Tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut.

Kita menciptakan kata 'dingin' untuk mengungkapkan ketiadaan panas.

Selanjutnya! Apakah gelap itu ada?"

Profesor: "Tentu saja ada!"

Mahasiswa: "Anda salah lagi Prof! Gelap juga tidak ada.

Gelap adalah keadaan di mana tiada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari. Sedangkan gelap tidak bisa.

Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk mengurai cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari panjang gelombang setiap warna.

Tapi! Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur melalui berapa besar intensitas cahaya di ruangan itu.

Kata 'gelap' dipakai manusia untuk menggambarkan ketiadaan cahaya.

Jadi! Apakah kejahatan, kemaksiatan itu ada?"

Profesor mulai bimbang tapi menjawab juga: "Tentu saja ada."

Mahasiswa: "Sekali lagi anda salah Prof! Kejahatan itu tidak ada. Allah tidak menciptakan kejahatan atau kemaksiatan. Seperti dingin dan gelap juga.

Kejahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk menggambarkan ketiadaan Allah dalam dirinya.

Kejahatan adalah hasil dari tidak hadirnya Allah dalam hati manusia."

Profesor terpaku dan terdiam!

_Dosa terjadi karena manusia lupa menghadirkan Allah dalam hatinya.._

*Hadirkan Allah dalam hati kita setiap saat.*

Saturday, August 19, 2017

TIPOLOGI MANUSIA oleh Dr. Ach Dhofir Zuhry

Imam al-Ghazali (w. 505 H)—terinspirasi dari diktum Imam Khalil bin Ahmad al-Farahidi (w. 170 H)—dalam konsepnya mengenai tipologi kebodohan manusia menyatakan bahwa ada empat macam (type) manusia dalam berpengetahuan dan menyikapi pengetahuan, yakni:

1. Yadri wa yadri annahu yadri. Yakni manusia yang tahu bahwa dirinya tahu, adalah manusia yang sadar bahwa dirinya berilmu, dan oleh sebab itu diamalkan didialogkan dengan kehidupan.

Dengan kata lain, ada semacam komitmen dalam jiwanya untuk terus menenar elanvitas dan menjadi sumber manfaat kepada orang lain. Ini merupakan tipe yang sangat ideal (ideal type) di antara yang lain. Golongan ini adalah golongan orang-orang bijak yang patut diteladani.

2. Yadri wa la yadri annahu yadri. Manusia yang tidak tahu bahwa dirinya tahu, adalah manusia yang tidak tahu atau mungkin terlupa bahwa dirinya berpengetahuan, bisa jadi ia memang tidak mau tahu dengan kondisi lingkungannya, ia berilmu tapi tidak mau mengamalkan, berharta tapi enggan menginfakkan.

Seandainya pun demikian, maka tipe manusia yang semacam ini adalah manusia yang tidak mau tahu dengan realitas di sekitarnya, bersikap apriori terhadap apa pun yang terjadi dan lebih mementingkan diri dan kelaminnya sendiri. Inilah kesalahan terbesar manusia, yakni tidak mau terlibat dengan realitas dan membuka diri seluas-luasnya terhadap hereditas. Tipe manusia pura-pura tidur dan tuli semacam ini harus dibangunkan dan disadarakan.

3. La yadri wa yadri annahu la yadri. Manusia yang tahu bahwa dirinya tidak tahu, adalah manusia yang sadar bahwa dirinya tidak berilmu, sadar akan kebodohan dan kedunguannya, dan oleh sebab itu terus termotivasi untuk belajar dan membangun diri, tak pernah merasa bosan dengan ilmu pengetahuan. Barangkali istilah ini hampir sama dengan konsep pendidikan seumur hidup (long-lived education).

Kelompok ini adalah kelompok orang bodoh sederhana (jahil basith) yang harus kita didik. Imam al-Ghazali menyebutnya sebagai mustarsyid.

4. La yadri wa la yadri annahu la yadri. Manusia yang tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu, adalah manusia yang tidak pernah sadar dengan kedunguannya.

Tipikal ini adalah jenis orang-orang yang sok pintar, lupa diri dan bahkan tak tahu diri. Hal ini juga berlaku untuk hal-hal yang skalanya lebih besar, bangsa dan Negara misalnya. Bangsa yang paling celaka adalah bangsa yang tidak pernah sadar dengan kebodohannya, kemiskinan dan keterpurukannya, oleh karenanya selalu terlambat mengatasi masalah, na’udzu billah.

(Disarikan dari buku Tersesat di Jalan yang Benar, Ihya' Ulumiddin, juz I dan Jami’ Bayani al-Ilmi wa Fadhilihi, juz II, hlm. 105)

Kata cinta Indah oleh Parid maulana

Lau jama'tu ayyaama umri min farohin... maa tusaawie lahdzota min wakti ma'aki"
Artinya: Kalaulah aku kumpulkan saat-saat gembira dalam hidupku, semuanya tidak akan dapat menyamai indahnya waktu yang aku habiskan denganmu.

Indama iftaqodtuka lan abhatsu a'nka ba'iedan ... bal saandzuru ilaa a'maqi qolbi haitsu takuunu daaiman.
Artinya:  Saat aku kehilanganmu, maka aku tidak akan jauh-jauh mencarimu. Tapi cukuplah aku mencarimu di dalam lubuk hatiku yang engkau selalu berada di sana

Syakhsun muhimm fie hayaatika laisasy syakhsul ladzi tasyuru biwujudihi. Walaakinnahu as syakhsul ladzi tasyuru bi giyabihi."
Artinya: Sosok penting dalam kehidupanmu bakanlah sosok yang dapat kamu rasakan keberadaannya. Namun sosok penting dalam hidupmu adalah sosok yang kamu dapat rasakan kepergiannya.

"laa uriedu siwa an akuuna Syaian jamielan fie hayatika yarsumu a'laa syafataika al ibtisamah kullamaa khotortu alaa baalika"
Artinya: Aku tidak ingin  kecuali menjadi sesuatu yang indah dalam hidupmu yang dapat melukiskan senyum di atas kedua bibirmu tatkala engkau mengingatku.

"Sa adhzillu uhibbuka wa in thoola intidhzor... fa in lam takun qodri faqod kunta ikhtiyaari
Artinya: Aku akan selalu mencintaimu walaupun penantian itu begitu lama ... jika engkau memang bukan taqdirku, maka aku bahagia telah memilihmu

Senjata ampuh oleh Parid maulana


Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia.

Asli: Education is the most powerful weapon we can
Asli: Education is the most powerful weapon we can use to change the world.
Sumber: Pidato, 16 juli 2003

 Seperti yang dilansir The Guardian, Indonesia kini menempati urutan ke 57 dari total 65 negara. Dalam masalah pendidikan.
Padahal sudah harusnya kita sadari siapapun itu,  bahwa yang paling dominan memajukan suatu negara itu adalah tingkat pendidikan masyarakat di suatu institusi negara tersebut.

Kata - kata yang di lontarkan oleh mantan presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela. Rasanya tidak mengandung kesalahan sedikitpun.
Dengan terciptanya pendidikan yang merata di negara ini rasanya tidak mungkin banyak pengangguran, kejahatan baik secara tindakan kriminal maupun secara lainnya.
Karena kejahatan yang terjadi pada era reformasi ini cenderung lebih di sebabkan faktor Ekonomi,  yang kurang dan pelayanan publik yang dirasakan kurang memuaskan bahkan tidak memuaskan sama sekali.

Generasi sekarang, generasi instan.  Dimana semua di anggap cepat tanpa perlu berakibat ke Hulu terlebih dahulu...??

Kemudian timbul pertanyaan, pendidikan manakah yang menjamin kesejahteraan hidup...  Pada dasarnya pendidikan buka sebuah komoditi untuk kesuksesan, sperti yang terjadi dewasa ini dimana ijazah hanya sebagian komoditas. tapi, dengan berpendidikan orang akan lebih bisa menaruh harapan lebih bagi perubahan  dimasa mendatang.  Pendidikan tidak hanya sebatas teori,  melainkan di barengi dengan aplikasi (action real) di lapangan.

Tugas paling penting dari pemerintah, menurut penulis sendiri adalah "memberdayakan masyarakat melalui keilmuan dan gagasan membangun kreatifitas dengan modal yang cukup dari pemerintah. Terlepas apakah bantuan pinjam, hibah atau BLT sekalipun boleh saja.  Yang terpenting masyarakat punya kreatifitas untuk menciptakan lapangan bagi generasinya.....  INGAT "bukan mencari lapangan pekerjaan" .  Sudah terlalu lama kau jadi pelayanan di rumah sendiri.
 Kali ini dengan mendikbud yang baru penuh karismatik, namun tak kondusional.  Ia mengajukan peraturan 5 hari sekolah dengan jam pelajaran rata - rata perhari 8 jam. Sekarang apa yang akan terjadi dengan generasi instan ini jikalau akses ia  berkreasi saja sudah di  batasi...  Ibu dan bapaknya di alokasi  dan yang lebih parah lagi,, teman mereka sendiri di bebaskan kesana kemari.

Bukannya terbentuk pendidikan karakter dengan sekolah 8 jam perhari,  justru akan semakin membuka celah problematika baru.  Seperti depresi, kurangnya minat belajar karena waktu yang terlalu lama. Akibatnya tingkat pendidikan kita semakin terpuruk dan bahkan bisa jadi perekonomian kita juga bisa kacau balau.  Karena adanya sistem seperti ini.

Perlu di ingatkan yang paling parah lagi dari yang parah awal,  adalah.  Tidak ada lagi  kegiatan ke agamaan yang selama ini berjalan baik di kota  maupun di  kampung - kampung,  contoh paling konkret adalah akan punahnya Madrasah Diniyah. Generasi Bermoral bangsa kita sedikit sedikit mulai dikikis. Yang pada akibatnya negara ini akan di pimpin oleh yang berdasi tak berburu,  yang berjas tidak berkualitas...  Kalau sudah seperti ini, tinggal menunggu hancur bumi pertiwi.

Mari Buat negeri ini negeri yang berpendidikan,  kreatif, inovatif, berakhlak punya moral tinggi dan selalu berupaya demi kepentingan Agama, negara dan bangsa..

Thursday, August 17, 2017

Pasrahku Cinta

Nyanyian rasa ini bergebu gebu di jamuan rindu
Secarik kertas kuambil tuk sekedar bersiul di waktu ketir
Ketika mulut ini tak sanggup berkata kata itu sebuah realita
Hati berontak bersama sang petir tak bersuara
Untuk kesekian kalinya aku masih malu bercerita dahulu
Dengan hanya bermodalkan sebatang Qalbu lesu
Betapapun aku merindu rasanya tak ada ramuan jitu yang mengobatiku
Jika senyuman itu selalu berputar di alam hanyutku
Kau rasakan ihwalku saat kita bertemu di embun pagi
Kau juga sudah tau berapa lama aliran rahmatku mengalir
Tapi entah harus dari mana ku mulai petualangan ini
Kuharap tarian rumput memberi tahumu bahwa, AKU PADAMU

Sunday, August 6, 2017

JANGAN MENUTUPI SEJARAH PROKLAMASI INDONESIA TGL 15 AGUSTUS 1945 ADALAH DI CIREBON oleh Fahmi Muhammad Lutfi

Ini cuplikan sejarahnya yang valid :

# sejarahCirebon
# CirebonWani

15-08-1945 Masyarakat Cirebon memproklamirkan kemerdekaan nya 2 hari sebelum proklamasi kemerdekaan di Jakarta.
Cirebon Lebih Dulu Merdeka Pada Tanggal 15 Agustus 1945 Percaya atau tidak, proklamasi Kemerdekaan Indonesia kali pertama dibacakan di Cirebon atau tepatnya dua hari sebelum pembacaan teks proklamasi 17 Agustus 1945 yang hingga kini menjadi Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
Baik bukti fisik atau literaturnya saling memperkuat bahwa 15 Agustus 1945 masyarakat Cirebon sudah melakukan proklamasi Kemerdekaan RI.
Penelusuran literatur sejarah tersebut dilakukan Radar di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah (Bapusipda) yang berkantor di Komplek Stadion Bima. Dengan bantuan Kepala Bapusipda, Mochamad Hanafiah SH MH dan Arsiparis Senior Wawan Hermawan, beberapa buku yang sudah berumur puluhan tahun tersebut diteliti lembar demi lembar untuk mencari bukti tertulis mengenai proklamasi pertama yang dilaksanakan di Cirebon 15 Agustus 1945.
Hasilnya, dua buah literatur saling memperkuat akan peristiwa penting yang nyaris tidak diketahui oleh khalayak umum tersebut. Dalam Buku Peringatan 50 Tahun Kota Besar Cirebon yang dibuat oleh Panitia HUT Cirebon, tercatat proklamasi tersebut benar adanya dan secara langsung dituliskan dalam Bab Simpang Siur dalam Revolusi. Pada bab khusus tersebut, tercatat perjuangan untuk pelaksanaan proklamasi kemerdekaan bangsa tidak hanya terjadi di Jakarta.
Pemuda-pemuda Cirebon pun ikut berjuang dan mengadakan persiapan memerdekakan Indonesia. Persiapan untuk menyambut proklamasi tersebut dipimpin oleh dokter Soedarsono (Dr Sudarsomo, namanya dibadikan jalan) yang saat itu menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit Kesambi (sekarang RSUD Gunung Jati). Beberapa tokoh lain seperti Sugra cs, Sastrosuwirjo dan Manadi cs ikut berjuang untuk proklamasi kemerdekaan Indonesia. Meski tampak terjadi dua golongan, namun pelaksanaannya bersamaan. Kedua golongan tersebut mempunyai cukup kekuatan seperti dr Soedarsono yang notabene menginduk pada Koperasi Rakyat Indonesia, sedangkan Sastrosuwirjo pada Barisan Pelopor.
Untuk hubungan jaringan Cirebon ke Jakarta dilakukan melalui Sutan Syahrir ataupun melalui Markas Menteng 31 yang dipimpin oleh Surkani dan Chaerul Saleh. Aktivis pemuda Cirebon tersebut melakukan proklamasi kemerdekaan RI di Alun-alun Kejaksan setelah mendengar kabar Jepang menyerah kepada Sekutu 14 Agustus 1945. Karena tidak ingin terus dijajah, maka cepat-cepat dilaksanakan Proklamasi Kemerdekaan RI pada 15 Agustus 1945 atau lebih cepat dua hari dari Proklamasi RI di Jakarta. Namun proklamasi yang dilaksanakan di Cirebon tidak diakui secara luas oleh masyarakat, hanya sebagian masyarakat mengakui adanya proklamasi tersebut. Sebagian lagi justru bersikap ragu, sehingga enggan mengibarkan bendera merah putih. Bahkan, yang lebih ekstrim ada juga yang meminta agar proklamasi dicabut kembali.
Literatur lainnya, juga menyebutkan hal serupa. Dalam sebuah makalah yang dibuat oleh Panitia Peneliti Monumen Perjuangan Kota Cirebon yang diketuai Sudibyo Pusponegoro pada Desember 1976, menyebutkan terjadinya Proklamasi 15 Agustus 1945 di Cirebon. Dalam literatur tersebut juga dituliskan kekalahan Jepang dari sekutu menjadi motivasi kuat untuk dilaksanakannya proklamasi sesegera mungkin. Angkatan muda tersebut sudah menyusun kekuatan sejak setehun sebelumnya ditandai dengan dilaksanakannya rapat umum di Gedung Rex di kawasan Cangkol. Dalam rapat tersebut hadir sebagai pembicara adalah Dr Mohamad Toha yang menyerukan," Merdeka Sekarang Juga." Dalam perjuangan sebelum proklamasi tersebut angkatan muda terus menerus menjalin hubungan dengan Jakarta, di antaranya adalah dr Soedarsono dan Suroto yang menjadi penghubung informasi. Kemudian 13 Agustus 1945 Daini Dancho Zainal Asikin yang dirawat di Rumah Sakit Kesambi kamar nomor 9 mengadakan pertemuan dengan sekitar 20 orang untuk memutuskan bahwa pada 14 Agustus 1945 pukul 22.00 akan melaksanakan serangan besar terhadap Jepang, tetapi komando terakhir tidak sampai karena Jakarta tidak memberikan lampu hijau.
Menjelang pecahnya proklamasi atau setelah adanya berita positif kekalahan Jepang, maka secara spontan pemuda dan rakyat Cirebon melakukan penyerbuan ke kantor-kantor pemerintahan Jepang untuk merebut dan menyerahkan kekuasan Jepang kepada RI dengan aparat pemerintahan Jepang saat itu menandatangani penyerahan tidak bersyarat kepada Indonesia.
Namun berita proklamasi di Jakarta pada 17 Agustus 1945 baru diterima masyarakat Cirebon pada 18 Agustus 1945 pukul 16.00, sesaat setelah diterimanya informasi tersebut diadakan rapat umum di Alun-alun Kejaksan dan diteruskan dengan pawai keliling kota dan malam harinya langsung dibentuk Karisedenan Cirebon yang bertempat di Perguruan Tinggi Taman Siswa yang dimulai sejak pukul 20.00 dan baru berakhir pukul 05.00 pagi esok harinya. Proklamasi Cirebon Adalah Mondy Suherman (29), seorang warga Cirebon aktivis Badan Pekerja Pengaktifan Kembali Partai Sosialis Indonesia menerangkan bila pada 15 Agustus 1945, sekelompok massa yang merupakan bagian dari gerakan bawah tanah pimpinan Syahrir telah menyatakan proklamasi kemerdekaan RI di Alun-alun Kejaksan. Informasi sejarah yang tidak terpublikasi massal tersebut, jelas Mondy, didapatnya dari para kader sang kakek, (alm) Sukanda yang dulu aktif dalam Partai Sosialis Indonesia. "Saat teks proklamasi dibacakan oleh dokter Soedarsono di sekitar Alun-alun Kejaksan, kakek saya hadir di sana bersama ratusan orang lainnya yang sebagian besar anggota Partai Nasional Indonesia Pendidikan.
Soedarsono sendiri adalah kepala rumah sakit daerah Cirebon waktu itu, ayah mantan Menhan Juwono Soedarsono," katanya kepada Radar, Selasa (10/3), saat mengunjungi Graha Pena. Setelah lewat 1945, lanjut Mondy, Residen Karesidenan Cirebon saat itu yang dijabat oleh Hamdani, salahsatu kader Syahrir, berinisiatif membangun tugu peringatan di tengah jalan dekat Alun-alun Kejaksaan.
Mondy mengungkapkan tak banyak warga Cirebon tahu di tugu tersebut Soedarsono membacakan teks proklamasi. "Hanya para sesepuh generasi era 1945 yang mengetahui simbol tugu tersebut sebagai tugu peringatan Proklamasi 15 Agustus
Saya pun mendapat informasi terpercaya dari kader kakek saya, yang beberapa di antaranya secara lintas generasi masih hidup," ujarnya. Mengenai dokumen teks proklamasi Cirebon, Mondy menyatakan belum pernah melihat dan menurut informasi memang sudah tidak ada. "Kakek saya meninggal pada usia sekitar 80-an tahun 1988, waktu itu saya masih duduk di bangku SD.
Seingat saya kakek tak pernah menyebutkan keberadaan teks tersebut, dan ternyata hingga sekarang keberadaannya memang misterius," tutur pekerja swasta itu. Mondy menerangkan menurut referensi yang dibaca dan dikenalnya, proklamasi Cirebon lahir sebab kebimbangan Soekarno dan Hatta yang tak sesegera mungkin mengumumkan kemerdekaan RI walau telah mendengar lewat siaran radio BBC, bila Jepang sudah menyerah ke sekutu pada 14 Agustus 1945. Akhirnya, lanjut Mondy, kelompok muda pimpinan Sjahrir beranggapan Soekarno dan Hatta tidak revolusioner, dan memutuskan menculik keduanya ke Rengasdengklok untuk "dipaksa" secepatnya mengumumkan proklamasi. "Saat Soekarno-Hatta di Rengasdengklok itu, sepertinya kelompok bawah tanah pimpinan Syahrir yang juga memiliki basis massa di Cirebon tak mau menyiakan kesempatan dan segera mengumumkan proklamasi.
Ternyata sejarah mencatat, Soekarno dan Hatta baru mengumandangkan proklamasi dua hari kemudian di Jakarta," katanya. Sementara itu, sesepuh masyarakat Cirebon yang juga Angkatan 45, DR H Koesnan Setiamihardja, membenarkan bila proklamasi sebelum 17 Agustus 1945 pernah berlangsung di Cirebon. Hanya saja, Koesnan enggan memberikan keterangan sebab khawatir menimbulkan polemik. "Saya pegang proklamasi yang terpublikasi secara nasional saja, demi kepentingan nasional pula," Tegasnya.
Tugu Kemerdekaan Waled Tidak banyak orang yang tahu jika keberadaan tugu kemerdekaan di Mapolsek Waled, Kabupaten Cirebon itu, ikut andil dalam goresan tinta sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan kolonial Belanda. Adalah Ahmad Saleh (80), warga Dusun I Desa Sukadana, Kecamatan Pabuaran, menjadi bagian dari saksi sejarah perjuangan rakyat Cirebon dalam menumpas penjajah Belanda.
Dikisahkan, sebelum Belanda merambah seluruh pelosok tanah air, sekitar tahun 1942 tentara Jepang ikut menjajah kawasan timur Indonesia termasuk di Cirebon. "Tapi kemudian sekitar tahun 1946, Belanda datang ke Cirebon. Nah di tempat tugu inilah (yang saat itu berupa lapangan terbuka seperti sawah) kami membuat pusat pertahanan sekaligus perlawanan melawan penjajah.
Kami dibantu sekitar dua batalyon dari pejuang asal Kabupaten Indramayu," kenang mantan komandan regu pasukan Hizbullah itu. Serangan tentara Belanda kian merajalela.
Meriam-meriam yang ketika itu ditempatkan di kawasan Ciledug secara membabi buat dilesakkan ke sejumlah penjuru dengan jarak sasaran hingga 20 km. "Dan sekitar tahun 1949, Belanda akhirnya menyerah," imbuh pria berperawakan jangkung itu. Keberhasilan pejuang lokal dalam menumpas penjajah itu tidak lepas dari peran sejumlah pejuang wanita saat itu. Sebut saja Siti Salamah (80) yang sekarang menjadi istri dari Ahmad Saleh. "Waktu itu istri saya bertugas sebagai kurir untuk mengirimkan surat-surat komando dari pasukan di daerah yang satu ke pasukan di daerah lain," ungkapnya. Hingga kini, Saleh mengaku masih sering teringat saat-saat tragis yang menimpa pejuang Indonesia.
Misalnya ketika dia membantu perlawanan pejuang di Majalengka. "Waktu itu kami sedang salat Jumat di lapangan terbuka. Tiba-tiba datang tentara Belanda yang berjumlah sekitar 4 batalyon dan langsung memberondong kami dari atas masjid. Saya berhasil lolos dari maut, tapi puluhan teman saya yang lain meninggal," ujarnya dengan mata berkaca-kaca. Tahun 1950, Saleh diangkat sebagai prajurit ABRI (sekarang TNI) untuk kemudian diikutsertakan dalam pelatihan dan pendidikan formal kemiliteran di Ambarawa. Saleh juga pernah dikirim ke Ambon untuk menjalankan misi pengamanan atas kelompok separatis RMS.
Wallahu  a'lam....

Mahasiwa Zaman Now

  lucuketawangakak.blogspot.com Mahasiswa Zaman Now S elama manusia masih menempati bumi ini, maka selama itu pula man...