{MAKALAH}
Diajukan sebagai Salah
Satu Syarat untuk Memperoleh Nilai Plagirism Checker sebagai syarat kelulusan
Pelatihan ICT 2018
Oleh
Parid Maulana
1161030137
BANDUNG
2018 M/1439 H
KATA PENGANTAR
Segala puji
hanya milik Allah Swt, Zat yang menjadi sumber segala kebaikan dan
kesenpurnaan. Atas kasih sayang, petunjuk dan pertolonganNya, akhirnya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Keistimewaan Bahasa Arab”. Semoga
Solawat beserta salam selalu terlimpah curahkan kepada panutan umat mausia
baginda Rasulullah, Muhammad Saw, keluarganya, para sahabatnya dan seluruh
umatnya.
Kami sebagai
penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, sebab pada
beberapa bagian dalam kajian makalah ini masih banyak menyisakan persoalan yang
penting diselesaikan dan tidak menutup kemungkinan mengandung kekurangan dan
kekeliruan dikarenakan keterbatasan tulisan kami. Oleh sebab itu, saran atau
masukan dari berbagai pihak dalam rangka untuk melengkapi dan memperbaiki
berbagai kekeliruan dan kekurangan dalam tulisan ini merupakan sesuatu yang
sangat dinantikan.
Bandung, 14 November
2018
Penulis
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bahasa adalah
alat penyampaian informasi yang paling efektif. Bahasa sebagai salah satu media
komunikasi untuk manusia, yakni berfungsi menghubungkan suatu individu dengan
individu lainnya, meskipun terkadang terdapat perbedaan bahasa namun manusia
mempunyai bahasa pemersatu untuk melakukan komunikasi.
Salah satu bahasa
yang digunakan oleh banyak orang, terlebih di kalangan para pelajar adalah
Bahasa Arab. Bahasa arab merupakan salah satu bahasa tertua di dunia. Dalam
agama Islam, selain menjadi bahasa Alquran yang hari ini dibaca oleh semua umat
muslim di seluruh dunia, Bahasa arab juga menjadi bahasa para penduduk surga.
Sebagai sebuah
bahasa, tentu bahasa arab memiliki keistimewaan tersendiri sehingga terpilih
menjadi bahasa Alquran, dan bahasa penduduk surga. Oleh karena itu, penulis
tertarik pada kesempatan ini menulis sebuah makalah yang berjudul keistimewaan
bahasa arab.
1.2
Rumusan Masalah
Sebagaimana
yang telah dipaparkan diatas maka akan membatasi pembahasan di dalam makalah
ini, yaitu:
1.
Asal-Usul Bahasa Arab
2.
Kaitan Bahasa Arab dengan Al-Qur’an
3.
Kestimewaan Bahasa Arab Sebagai Bahasa Al-Qur’an
PEMBAHASAN
2.1
Asal-Usul Bahasa Arab
Bahasa adalah ألفاظٌ
يُعبرُ بها كل قومٍ عن مقاصدهم lafal
yang diungkapkan oleh setiap kaum masyarakat untuk mengungkapkan maksud mereka.
Kesusastraan
Arab (al-Adab al-Araby) merupakan kesusastraan terkaya. Bahasa Mudlor,
setelah masa Islam, bukan hanya menjadi bahasa suatu bangsa saja, tetapi
menjadi bahasa bagi semua bangsa yang masuk ke dalam agama Allah (Islam), atau
berada di bawah lindungan-Nya. Mereka menciptakan makna-makna dan
konsep-konsep, serta memperluas makna-makna dengan bantuan rahasia-rahasia
bahasa mereka.
Kemudian mereka
menjelajah ke pelosok bumi dengan membawa agama, sastra, budaya, dan ilmu. Lalu
mereka berakulturasi dengan setiap bahasa yang di datanginya, serta
menyebarluaskan ilmu pengetahuan orang-orang masa lampau dan peradaban
orang-orang-orang terdahulu, dari bangsa-bangsa Yunani, Persia, Yahudi, Hindu,
dan Habsyi. Bahasa bangsa-bangsa dengan beraneka ragam perbedaannya, bagaikan
parit-parit dan sungai-sungai yang mengalir, lalu bercabang-cabang, kemudian
berhimpun dan bermuara pada satu samudera, yaitu bahasa Arab.
Bahasa Arab
merupakan bahasa tertua di dunia. Teori yang menjelaskan awal munculnya bahasa
Arab yaitu:
1. Manusia pertama yang melafalkan
bahasa Arab adalah Nabi Adam a.s, karena sebelum turun ke bumi adalah penduduk
surga, sedangkan bahasa penduduk surga adalah bahasa Arab.
2. Schlozer, seorang tokoh orientalis
berkata bahwa bahasa Arab termasuk rumpun Semit, yang di ambil dari tabel pembagian
bangsa-bangsa di dunia dalam kitab Perjanjian Lama. Nama semit di ambil dari
tiga orang putera nabi Nuh yaitu Syam, Ham dan Yafis.
Bahasa Arab terbagi menjadi dua
yaitu bahasa Arab Selatan (Himyaria) yang digunakan di Yaman dan Jazirah Arab
Tenggara. Bahasa Himyaria ini terbagi dua menjadi bahasa Sabuia dan Ma’inia,
yang ditemukan abad 12 SM-6M. Bahasa Arab Utara adalah bahasa wilayah tengah
Jazirah Arab dan Timur Laut (Bahasa Arab Fusha) yang hingga kini dan masa yang
akan datang tetap dipakai karena Al-Quran turun menggunakan bahasa ini.
Pada masa pra-Islam atau yang lebih
dikenal dengan jaman jahiliyah– bahasa Arab mulai mencapai masa puncaknya
(prime condition). Hal ini diawali dengan keberhasilan orang-orang Arab Badui
di bawah pimpinan suku Quraisy menaklukan penduduk padang pasir, sehingga mulai
saat itu bahasa Arab dijadikan bahasa utama dan mempunyai kedudukan yang mulia
di tengah kehidupan masyarakat sahara.
Islam datang dengan diutusnya Nabi
Muhammad SAW saat itulah al-Qur’an diturunkan, tentu saja menggunakan bahasa
Arab yang paling sempurna/baku dengan keindahan retorika dan kedalaman makna
yang tak tertandingi. Allah -Subhânahu wa Ta’âla- tidak menjadikan bahasa Arab
sebagai bahasa al-Qur’an melainkan karena ia adalah bahasa terbaik yang pernah
ada. Allah -Subhânahu wa Ta’âla- berfirman, “Sesungguhnya Kami telah
jadikan al-Qur’an dalam bahasa Arab supaya kalian memikirkannya.” (Q.S.
Yusuf: 2).
2.2
Kaitan Bahasa Arab Dengan Al-Qur’an
Hakikat yang
tidak dapat dipertikaikan lagi bahawa bahasa Arab adalah bahasa yang dipilih
oleh Allah S.W.T. sebagai bahasa al-Quran. Disebabkan sumber utama Islam
tertulis dalam bahasa Arab, maka wajarlah bahasa ini dijamin terpelihara
keutuhannya hingga ke akhir zaman. Islam berkembang oleh bangsa-bangsa di
seluruh dunia lain selain Arab, maka bahasa Arab dipelajari oleh mereka yang
disebabkan karena perniagaan antar mereka. Tidak heran jika banyak bermunculan
ahli-ahli linguistik Arab yang bukan berasal dari bangsa Arab. Allah S.W.T. berfirman:
Artinya:
“Sesungguhnya Kami jadikan Kitab itu sebagai Quran yangditurunkan dengan
bahasa Arab, supaya kamu (menggunakan akal) memahaminya.”
Ibnu Taimiyah
mengatakan bahwa hukum mempelajari bahasa Arab adalah wajib. Karena sumber
hukum islam yang paling utama-al-Qur’an yang
diturunkan dalam bahasa Arab dan tidak bisa difahami kecuali hanya
dengan bahasa itu.
Keterkaiatan
nya bahwa al-Qur’an merupakan faktor dasar yang berkembangnya ilmu-ilmu
gramatikal dalam bahasa Arab seperti sharaf, Nahwu, dan Balaghah. Hal ini
karena al-Qur’an tidak mungkin bisa difahami kecuali dengan bahasa Arab.
Walaupun tidak
dapat dinafikan bahawa bahasa Arab merupakan bahasa yang unggul sebelum
kedatangan Islam lagi, tetapi al-Quran telah memberikan nafas barudan sumbangan
yang besar terhadap perkembangannya. Al-Quran telah dapat memanjangkan lagi
hayat bahasa ini, menyatukan kepelbagaian dialeknya dan menjadikannya sebagai
bahasa intelektual dan ketamadunan. Apa yang lebih penting, al-Quran telah
menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa yang kaya dengan kosa kata,bahasa yang
utuh dengan tata bahasa dan gaya bahasanya hingga dapat mengatasi bahasa-bahasa
lain.
Al-Qur’an
banyak memberi lafaz-lafaz lama ke dalam bahasa Arab dengan makna yang baru.
Al-Qur’an juga banyak memberikan pola-pola baru dalam bahasa Arab yang
sebelumnya tidak pernah ada. Karena al-Qur;an pula-lah bahasa Arab semakin
elegan
2.3
Keistimewaan Bahasa Arab Sebagai Bahasa
Al-Quran
Mengenai
pembahasan ini, memang masih banyak diantara orang awam, bahkan orang akademisi
yang belum mengetahui, mengenai mengapa Bahasa Al-quran berbahasa Arab oleh
karena itu, pembahsan kali ini akan menjelaskan alasan-alasan atau argumen
mengapa demikian seperti yang menjadi pertanyaan.
Kenapa
al-quran harus berbahasa Arab ?
Ada apa dengan
bahasa arab, mengapa harus bahasa yang notabenenya sebagai bahasa rumit yang di
pilih Allah untuk dijadikan bahasa “kitab” (al-quran)
terlaris di dunia ini. konon katanya Al-quranlah yang paling banyak dibaca
manusia setiap harinya, baik itu yang mengerti maknanya maupun yang hanya
sekdar mencari pahala dari membacanya.
Bukan hanya itu
saja, konon katanya pula “kitab” ini bisa menghasilkan pahala yang berlipat
ganda apabila kita membacanya, walaupun membaca tanpa tahu apa maknanya.
Konon katanya
lagi, dalam kitab ini mencakup semua macam ilmu pengetahuan, mulai dari
filsafat, biologi, ilmu-ilmu religi sampai kepada ilmu hitung menghitung.
Terlalu spesial dan teramat indahkah bahasa itu, atau memang tuhan “asal” saja
menetapkan bhasa ini menjadi bahasa yang
paling tidak menjadi bahasa yang
wajib dipelajari oleh orang-orang yang menganut islam ini.
Usman bin jinni
(932-1002) seorang pakar bahasa arab, mengemukakan bahwa bukanlah suatu
ke-asalan tuhan menetapkan bahasa arab menjadi bahasa al-quran. Dibalik itu,
ternyata menyimpan banyak falsafah mengagumkan.
Berikut akan
dipaparkan keistimewaan bahsa arab sehingga menjadi bahasa al-Qu’ran:
Pertama, bahasa arab adalah satu-satunya bahasa yang memiliki keunikan
tersendiri, ini bisa dilihat dari umumnya asal kata dalam bahasa ini terdiri
dari tiga haruf, yang kemudian perubahannya akan merubah pula maknanya walaupun
perubahan kata itu tidak sesuai dengan awalnya, tetap saja dari makna, ia
memiliki kesinambungan arti. Contoh kata “qa-la” yang terambil dari
huruf kesemuanya mempunyai makna.
Namun, kesemua
makna yang berbeda itu, walaupun ada
yang didahulukan atau diakhirkan, kesemuanya menganduang makna dasar yang
berkaitan. Kata “qala” yang berarti berbicara mengisyaratkan gerakan
yang mudah dari mulut dan lidah, karena itu pula huruf pertama yang digunakan
haruslah yang bergerak, karena bukankah dia berupaya untuk berkata (berbicara)
dalam arti mengerakan mulut dan lidah. Dan contoh lainnya
Kedua, bahas arab memiliki tata bahasa yang sagat rasional dan seksama,
tetapi ia cukup rumit, apalagi jika dibandingkan dengan bahsa indonesia. Pakar-pakar
bahsa arab tidak sekedar menerima mengaap kata yang menunjuk kepada pelaku marfu’ dalam arti dibunyikan u/un, sementara
objek pelakunya selalu mansub dalam arti dibunyikan a. Ibnn jinni, salah asatu
pakarnya mengatakan bahwa alasan tersebut
rena bunyi u lebih berat
ketimbang bunyi a. Ini semua bisa diambil kesimpulan karena dalam satu kalimat satu
pelaku dapat melakukan sekian banyak hal yang menjadi objeknya , maka bahasa
ini memilih yang banyak untuk mudah diucapkan
ketimbang yang berat. Pemilihan dan pemilihan bunyi tersebut mutlak agar
tidak timbul kerancuan dalam memahami suatu kalimat.
Ketiga, bahasa Arab memiliki kekayaan yang tidak hanya pada jenis mufrad,
mutsanna dan jamak saja, tetapi juga pada kekayaan kosa kata dan sinonimnya. Contohnya
dalam Dirasat fi al-Hubb, Yusuf Asy-Syaruni mengutip pendapat Ibnu
Al-Jawzi dalam bukunya Dzamm al-Hawa yang menjelaskan peringkat dan
macam-macam cinta serta kosakata yang menjelaskannya.
Pandangan mata
atau berita yang didengar apabila melahirkan rasa senang diungkapkan dengan (‘aliqa).
Jika melebihi sehingga muncul keinginan untuk mendekat, ia dinamai (mail).
Lalu jika keinginan itu mencapai tingkatan untuk menguasainya, maka dinamakan (mawaddah).
Tingkat
selanjutnya ialah (mahabbaah), (khullah), (al-shababah),
kemudian (al-hawa). Peringkat berikutnya adalah (al-‘isyq)
artinya apabila seseorang rela berkorban demi kekasihnya. Lalu jika hati
seseroang telah dipenuhi oleh cinta, sehingga tidak ada celah bagi yang lain,
maka itu dinamakan (al-tatayum). Dan jika si subjek sudah tidak bisa
berpikir dan membedakan sesuatu akibat cinta ia dilukiskan dengan (walih).
Kemudian,
karena bahasa Arab merupakan bahasa yang kaya akan kosa kata. sehingga Kosa
kata dalam bahasa Arab merangkumi semua bidang dan lapangan. Ia dapat
diperhatikan berdasarkan kepada perkataan-perkataan yang disenaraikan dalam
kamus-kamus Arab. Dalam bahasa Arab, pembentukan satu perkataan sahaja boleh
menunjukkan kepada beberapa makna. Misalnya, perkataan ‘ain yang memberi makna
kepada mata penglihatan, mata air, sebuah negeri, sebuah tempat, ketua kaum,
ketua tentera, bermakna diri, bayaran sekali gus secara tunai, sejenis mata
wang, pengintip dan huruf ‘ain.
Keempat, yang menjadi ciri khas bahasa Arab ialah memiliki i’rab. Di mana
i’rab ini yang membahas akhir kata dari suatu akar dalam kalimat yang
disebabkan oleh faktor ‘amil yang berbeda sehingga perbedaan ini akan
mempengaruhi makna.
Perubahan-perubahan
i’rab yang terjadi ini akan memberikan kesan kepada perubahan maksud perkataan
dalam sesuatu susunan ayat. Analisis bahasa dan perubahan struktur frasa ini
tidak terdapat dalam bahasa lain di dunia.
Kelima, bahasa Arab memiliki keunikan lainnya yaitu, dengan banyaknya
kata-kata yang ambigu, bahkan satu kata atau satu huruf mempunyai dua atau tiga
makna bahkan yang berlawanan.
Sebagai contoh
huruf wawu, ada yang berfungsi dan ada yang tidak berfungsi. Yang berfungsi ada
yang mengakibatkan kata sesudahnya majrur (berbunyi i), apabila huruf
itu digunakan sebagai alat bersumpah (wallahi), dan ada juga yang mansub
(bunyinya a) yang terakhir antara lain apabila diartikan bersama dan ini yang
dinamai oleh pakar bahasa sebagai (wawu al-ma’iyyah).
Adapun wawu
yang tidak berfungsi, maknanya pun beragam. Sebagaimana Az-Zarkasyi dalam
kitabnya, al-Burhan, dinamai (isti’naf) yaitu apabila kalimat
sesudah huruf tersebut tidak memiliki hubungan dengan kalimat sebelumnya baik
dari segi tempat maupun i’rab.[1]
Keenam, bahasa
Arab mempunyai sistem morfologi yang unik.
Bentuk-bentuk
perkataan Arab ada kesamaan dalam kata nama atau kata kerja akan berubah
berdasarkan kepada satu sistem yang lengkap mengikuti keadaan struktur frasa.
Perubahan bentuk ini akan membawa kepada perubahan dari segi makna perkataan
tersebut.
Contohnya kata فتح dapat dibentuk menjadi beberapa variasi atau bentuk seperti
fatihun, maftuhun, miftahun, dan lain sebagainya.
Sistem ini
telah banyak digunakan pada kamus Arab dalam pencarian makna kata, yang mana
setiap perkataan perlu dirujuk pada asal kata tersebut, sebelum mencari makna
kata yang dimaksud. Dengan itu, kebanyakan dari kata nama atau kata kerja akan
disusuli dengan imbuhan-imbuhan tertentu, seperti imbuhan dengan satu huruf, dua huruf atau tiga huruf
(mazid biharf, biharfaini atau bi thalathati ahruf) yang akan memberikan
perubahan pada makna perkataan.
Allah
menurunkan Al-Quran dengan menggunakan Bahasa Arab. Jika kita cermati kosakata
yang ada dalam kitab suci tersebut, kita tidak akan menemukan kata atau istilah
selain yang biasa digunakan oleh masyarakat Arab. Kalaupun ada istilah yang
terlihat berbeda dari kosakata Arab pada umunya maka istilah tersebut
sebenarnya merupakan istilah serapan yang sudah diterima dan digunakan secara
luas oleh masyarakat Arab. Tidak ada satu kata pun dalam Al-Quran yang tidak
berasal dari bahasa Arab. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal, antara
lain:
1.
Rasul yang diutus untuk menyampaikan wahyu Allah itu berbangsa Arab
dan masyarakat yang pertama kali menerima dakwah beliau adalah bangsa Arab.
2.
Bahasa arab adalah bahasa yang mempunyai sisitem dan susunan
gramatika yang lebih sempurna dibadingkan dengan bahasa lain. Firman Allah Swt,
yaitu:
قُرْآنًا
عَرَبِيًّا غَيْرَ ذِي عِوَجٍ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
“(Ialah) Al-Qur’an dalam bahasa Arab
yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya) supaya mereka bertakwa.” (Q.S Az-Zumar
: 28)
Ibnu katsir
melukiskan dengan indah mengapa Al-ran diturunkan dengan bahasa Arab. Karena
bahasa arab merupakan bahasa yang paling fasih,paling jelas, dan paling luas
cakupannya. Allah swt menurunkan kitab yang paling mulia (asyroful kitab) itu,
yaitu Al-Quran, dengan menggunakan bahasa yang paling mulia, yaitu bahasa Arab,
kepada rasul yang paling mulia (asyroful lughat), yaitu bahsa arab, kepada
rasul yang paling mulia (asyroful Rasul), yaitu nabi Muhammad Saw, melalui
perantaraan malaikat yag paling mulia (Asyroful malaikah) dan untuk penghuni
bumi yang paling mulia (asyrafu baqa’il ardhi) yaitu umat Islam.[2]
3.
Bahasa arab mempunyai kekuatan sastra yang sangat tinggi. Dimensi
sastra adalah jalan yang sangat ampuh untuk menyampaikan pesan-pesan ilahi
karena adanya kecenderungan manusia unntuk menyukainya. Jika kita perhatikan
secara lebih seksama, Bahasa Al-Qur’an jau berbeda dengan, misalnya, bahasa
yang digunakan dalam peraturan perundang-undagan. Bahasa Al-Qur’an begitu luwes
dan berirama, sementara Bahasa perundang-undangan amat kering dan kaku.
Kamdungan sastra dalam Al-Qur’an juga relevan dengan tradisi dan budaya
masyarakat Arab waktu itu yang sangat membanggakn syair dan segala hal yang
berbau sastra.
Pertanyaan yang kemudian muncul
dibenak kita adalah jika Al-Qur’an menggunakan Bahasa Arab, apakah hal itu
berarti Allah SWT berbicara dalam Bahasa Arab?. Allah adalah zat yang berbeda
dengan makhluk yang diciptakannya (mukhalafah lil hawadits). Artinya,
Allah tidak pernah memerlukan sesuatu ha sebagaimana makhluk emlakukan hal itu.
Jika kita menemukan ungkapan bahwa Allah melihat, berbicara, mendengar dan
lain-lain hanyalah ungkapan untuk mempermudah makhluk memahaminya.[3]
Berkenaan
dengan Al-Qur’an disampaikan dengan Bahasa Arab hal itu tidak bias di artikan
bahwa Allah berbicara kepada Nabi Muhammad dengan menggunakan Bahasa Arab.
Disini penting bagi kita untuk memahami proses turunnya Al-Qur’an kepada Nabi
Muhammad SAW.
Proses turunnya
Al-Qur’an kepada Rasulullah melewati dua tahap. Tahap pertama, Al-Qur’an
diturunkan dari lauhil mahfudz, yakni
suatu tempat berada di luar batas-batas dunia, ke Baitul ‘izzah, yaitu sebuah
tempat dilangit dunia. Tahap kedua,
Al-Qur’an diturunkan dari langit dunia ke bumi. Turunnya Al-Qur’an dari
lauhil mahfudz ke Baitul ‘izzah terjadi secara sekaligus atau dalam satu waktu,
sedangkan turunnya dari Baitul ‘izzah ke dunia bertahap selama 23 tahun.
Turunnya
Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad tidak terlepas dari perantaraan malaikat Jibril.
Ada beberapa pendapat yang menyatakan
cara Al-Qur’an turun kepada Jibril sebelum disampaikan kepada Nabi
Muhammad saw, pendapat-pendapat tersebut antara lain:[4]
1.
Jibril mengantar langsung dari Allah dengan Bahasa tertentu.
2.
Jibril menghafalnya dari lauhil mahfudz.
3.
Jibril menerima makna Al-Qur’an dari A llah dan disampaikan kepada
Nabi Muhammad dengan lafaznya sendiri atau degan lafaz Nabi Muhammad saw.
Dalam kitab Mabahits fii Ulumil
Qur’an dijelaskan bahwa pendapat yang
pertama adalah pendapat yang paling benar. Bahasa yang sebenarnya digunakan
Allah ketika berbiacra kepada Malaikat Jibril tidak ada yang mengetahui. Namun,
yang pasti karena Bahasa Arab adalah Bahasa yang dibuat oleh manusia maka tentu
Allah tidak akan menggunakan bahasa tersebut ketika berkomunikasi dengan
jibril.
KESIMPULAN
Bahasa
Arab merupakan bahasa tertua di dunia. Teori yang menjelaskan awal munculnya
bahasa Arab yaitu:
Manusia
pertama yang melafalkan bahasa Arab adalah Nabi Adam a.s, karena sebelum turun
ke bumi adalah penduduk surga, sedangkan bahasa penduduk surga adalah bahasa
Arab.
Schlozer,
seorang tokoh orientalis berkata bahwa bahasa Arab termasuk rumpun Semit, yang
di ambil dari tabel pembagian bangsa-bangsa di dunia dalam kitab Perjanjian
Lama. Nama semit di ambil dari tiga orang putera nabi Nuh yaitu Syam, Ham dan
Yafis.
Bahasa
Arab terbagi menjadi dua yaitu bahasa Arab Selatan (Himyaria) yang digunakan di
Yaman dan Jazirah Arab Tenggara. Bahasa Himyaria ini terbagi dua menjadi bahasa
Sabuia dan Ma’inia, yang ditemukan abad 12 SM-6M. Bahasa Arab Utara adalah bahasa
wilayah tengah Jazirah Arab dan Timur Laut (Bahasa Arab Fusha) yang hingga kini
dan masa yang akan datang tetap dipakai karena Al-Quran turun menggunakan
bahasa ini.
DAFTAR PUSTAKA
al-Hasany, A. Z. (2007). Al-Qur’an
puncak Selera Sastra. Surakarta: Ziyad Books.
Ayyasy, M. A. (2011). Hati-Hai Al-Qur’an Anda Palsu. Jakarta:
Kultum Media.
Ayyasy, M. A. (2011). Hati-hati Al-Qur’an Anda Palsu. Jakarta:
Qultum Media.
[1] Azzah Zain al-Hasany, “Al-Qur’an puncak Selera Sastra”, (Ziyad Books, Surakarta: 2007),
hal., 95-96.
[2]
Muhammad Abu Ayyasy “Hati-Hai Al-Qur’an Anda Palsu”, (Kultum Media,
Jakarta: 2011), hal., 5-7
[3]
Muhammad Abu Ayyasy, 2011, Hati-hati Al-Qur’an Anda Palsu, (Jakarta:
QultumMedia). Hh. 8-10
[4] Ibid., h. 10.
No comments:
Post a Comment